Minggu, 03 Mei 2015

Ketika mimpi Gue Hilang

 Mimpi yang pernah hilang, terkubur. MATI.

Sebuah pemikiran terlintas dalam benak gue. Dulu, gue pengen banget buat kerja di TV. Menjadi bagian penting dalam sebuah penyiaran informasi kepada masyarakat. yang gue pikiran waktu itu bahwa kalo kerja di TV luh bisa memberikan ide-ide segar luh, luh dikasih segala fasilitas supaya bisa ngasih kontribusi sebesar-besarnya buat perusahaan melalui ide-ide yang luh tuangkan dalam sebuah acara.

Ternyata ga semua pikiran itu benar, ada sebagian (di dalam perusahaan itu) yang punya teori yang berbeda. Gue yakinin dulu. SEMUA ORANG ITU BAIK. Hanya mereka mempunyai berbagai kepentingan, dan gesekan antar kepentingan itu juga yang buat gue berpikir: "kenapa stasiun televisi dapat berkembang pesat, dan sebagian lagi berjalan di tempat."

Sebiji mimpi saja takkan mengantarkan elu pada kehidupan yang lebih baik, lu juga harus bekerja keras, konsisten dan sabar. Inget postingan gue tentang Sabar itu ga ada batasnya. Konsisten dalam bekerja keras, itu yang harus gue lakukan sekarang. Gue mencintai bidang kerjaan gue, dan gue benci banget jika harus memulai memulai lagi dari awal. Tapi saat ini, gue ga tau apa yang gue butuhin buat gue bisa konsisten dalam bekerja. Gue masih merasa kalo gue belum di akui, hasil kerja gue masih dipandang sebelah mata. Dan gue hanya berpikir buat mengakhiri segalanya saja, mimpi gue kerja di TV, cita-cita gue sebagai tim kreatif, harapan gue buat kembangin stasiun televisi lokal menjadi basis informasi daerah yang keberadaannya bener-bener diperhitungkan di kancah publik.

Mungkin gue jauh dari rasa sabar. Tapi kejadian sabtu (02 Mei) kemaren bener-bener seperti puncak dari kemarahan gue. Gue merasa marah pada semua orang di kantor, gue marah pada diri gue sendiri, marah pada harapan gue, marah pada mimpi-mimpi gue. Gue merasa menyesal kenapa dulu gue melepas kerjaan yang buat gue nyaman dan mapan.

Gue, yang dulu menyebut diri sebagai bagian dari anti kemapanan kini menyerah juga!!! melihat temen-temen seangkatan waktu kuliah kini udah dapet kerjaan yang enak, mapan, dapet liburan dan yang pasti gaji mereka yang melebihi dari apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka sudah merancang masa depan jauh dari apa yang saat ini gue pikirin. Gue merasa menjadi orang yang munafik, menampik diri bahwa kemapanan adalah hal yang semu. Padahal gue iri, karena tak bisa menjadi orang yang mapan. Gue bergumul dengan penyakit hati. Gue tau, semua ini adalah proses, dimana tempaan yang gue alami ini adalah untuk melihat seberapa tangguh gue bertahan (dan ternyata, benteng pertahanan gue ambrol di ronde pertama)

Kini, selain penyakit sirik di hati gue, gue juga ga bisa berpikir tentang menciptakan ide-ide segar. Otak gue mentok. sering banget gue mengalami shit dejavu, dimana pada puncak kebosanan yang gue rasain, gue seperti pernah mengalami kejadian yang sama berulang kali. Dan itu semakin membuat gue merasa jadi orang yang ngebosenin, gue adalah orang yang nyebelin.

Jadi, bagaimana gue bisa kerja di TV, memberikan ide-ide segar, memperjuangkan mimpi-mimpi dan harapan gue, sementara pikiran gue masih dipenuhi dengan sampah, sampah basi. Gue merasa, pikiran buruk yang ada di otak gue. Gue harus membersihkan hti gue dari penyakit-penyakit yang dapat merusak akal pikiran gue. Gue harus bertarung dengan diri gue, hawa nafsi gue, dan pikiran jahat gue. Supaya gue bisa melampaui diri, melebihi apa yang gue pikiran. gue harus keluar dari zona nyaman yang gue ciptain.

Menulis kembali Harapan, Cita-cita, dan Mimpi

Hari ini, gue akan memulai lagi, mengevaluasi diri -bahwa banyak banget hal yang salah yang gue lakuin karena penyakit iri hati gue- dan gue akan terus menulis, menuangkan ide-ide gue. Gue ambil kata-kata c' takdos.

"Menulislah ketika SUARAmu tak didengar
Menulislah ketika PENDAPATmu dibantahkan
Menulislah ketika IDEmu di abaikan."

Sekarang, gue bakal abaikan desahan orang-orang tentang ide-ide gue, gue bakal dengar bantahan mereka, lalu gue simpen di dalam pikiran gue. Gue bakal buat itu untuk menjadi api semangat gue, menggejolakkan daya juang gue dan memotivasi gue agar terus berkarya, terus menuangkan ide-ide dalam tulisan yang gue buat. Gue ga akan melepas lagi harapan gue, gue gak akan mengubur lagi cita-cita gue, dan sekalipun gue gak akan lagi membunuh mimpi-mimpi gue. Gue bakal terus berkeras kepala untuk mewujudkan semuanya. Gue harus sampai pada tujuan hidup gue, dan terus mencari tujuan hidup yang baru, sampai habis umur gue. Gue harus terus menulis.

Gue gak akan berhenti sampai disini, gue akan terus menulis, gue gak akan berhenti meskipun banyak yang mandang sebelah mata. Gue gak akan berhenti meskipun mereka membunuh ide-ide gue, gue akan terus melahirkan ide-ide yang baru, yang lebih segar, yang tak pernah sedikitpun orang pikirkan tentang gue. Gue yakin, kemapuan gue melebihi dari apa yang gue pikirkan selama ini. Gue akan terus menulis.



Passion Gue adalah Menulis

Setiap kali gue putus asa. Gue menulis lalu semangat kembali datang seperti bensin yang di bakar. Gejolak yang timbul di dalam hati gue, apapun yang gue rasain, sekecil apapun hal yang tak penting gue lakuin gue tulis semuanya. Suatu hari nanti, saat gue lupa dengan semuanya, gue akan mengingat kembali dari tulisan yang pernah gue buat. Tulisan-tulisan yang tak penting itu, ide-ide konyol nan absurd, suatu saat nanti akan berharga. Gue yakin dengan tulisan gue. Juga gue yakin dengan menulis, orang akan melihat gue, akan menghargai gue, dan gue gak akan pernah lagi menyerah terhadap orang-orang yang berbuat ke'dzoliman dalam perjalanan hidup gue.

0 komentar:

Posting Komentar