Tentang...
Ini adalah tulisan gue tentang Seseorang. Seseorang yang memperkenalkan gue tentang mimpi. Seseorang yang paling gue anggap berani dan paling idealis yang pernah gue kenal. Dia ciptakan lagu untuk negeri ini, DEMOKRASI PANCASILA. Itu adalah salah satu judulnya. Judul lagu yang mengingatkan kita pada lima sila yang menjadi landasan negara. Dia adalah orang yang sangat mencitai ibu pertiwi ini. Dialah yang pertama menyerukan satu kebebasan individu di kala hati ini masih terbawa arus liar hidup.
Pertama kali gue kenal dia, tanpa sengaja. Saat gue magang buat sebuah proyek tentang analisis fasilitas pendidikan di negeri ini. Dia, terjun kelapangan. Ke sekolah-sekolah yang tak beda dengan kandang sapi. Tengah malam masih terjerat di tengah hutan karena jarak sekolah yang ditempuh begitu jauh. Gue melihat dia yang mencintai negeri ini. Seperti seorang ayah, tak ingin anaknya putus sekolah. Dia telah melanglang buana. Membiarkan hidupnya untuk seluruh negeri ini.
Dia tak ingin dijerat jabatan apalagi prosedur yang membutakan. Dia bebas. Seperti melihat burung terbang di langit yang luas. Kepak sayapnya, menggoda untuk mencoba bersama. Terbang melayang. Gue ingin bersamanya. Tapi dia tak pernah ingin terjerat dalam satu ikatan. Biarlah hanya karyanya yang bersama, didengar berulang kali, di baca bahkan sampai hapal luar kepala. Ini adalah salah satu yang pernah dia tulis.
"Terkadang keterdiaman ini mengingatkanku pada persoalan yang telah terjadi. Aku ingin berteriak selepas-lepasnya, menggigit amarah yang hampir tak mampu kujinakkan. Mungkin memang lebih baik telah terjadi daripada tidak sama sekali. Aku tau kau tidak akan mengerti tentang hal yang lebih luas mengenai maksud, itu sebabnya aku lebih memilih diam karena bertengkar mulut bagiku hanyalah perkara pengendalian diri yang ramah lingkungan. walau, Kau adalah puisi terindahku yang takkan pernah ada."
"pagi tadi aku terdiam, memperhatikan orang gila yang sedang dirundung masalah, aku tau dia sangat lapar...tapi tukang bubur itu entahlah, seharusnya tidak perlu sampai mengusirnya dengan cara begitu, menerima perlakuan tukang bubur yang kasar orang gila itu menjauh sekitar 20 meter sambil tersenyum pasrah. Aku beranjak dari perhatianku saat kulihat orang gila itu mulai mendekati tukang bubur lagi, perlahan-lahan ia semakin dekat, dan mendekat. Tukang bubur itu pun sepertinya sudah siap dengan pengusiran selanjutnya, tentunya dengan hujatan caci maki tak berguna. Aku keliru, ternyata tukang bubur itu telah tega menendangnya, orang gila itu meringis setengah tersenyum. Lalu aku bertanya pada tukang bubur itu seperti pembeli biasanya; Berapaan harga buburnya bang? enam ribuan,,,jawabnya. Bungkus bang, 3 porsi jadiin satu yak. Setelah selesai di bungkuskan aku sodorkan selembar uang kertas dan bilang ;sisanya buat bapak aja. Perlahan aku hampiri orang gila itu dan kuberikan sebungkus bubur padanya, entahlah sebab orang gila itu hanya tersenyum padaku. Antara aku, orang gila, dan tukang bubur; hanya sekedar bubur bagiku tapi sangat bermakna bagi sahabat-sahabatku yang lapar di jalanan, dan orang gila itu bagiku tetap sebagai manusia yang ramah lingkungan dan ramah senyum...Hari-harimu begitu indah hingga kau selalu tersenyum."
Mungkin kini dia sedang bertengger pada satu dahan, atau pula masih terbang mengawan... mencapai mimpi-mimpi yang lain. Meski hidupnya tak ada bedanya sama gembel di kolong jembatan. Namun dia memiliki hati yang bersih, hati ikhlas memberi yang terbaik untuk negeri ini. Biarlah banyak orang yang menyinggung bahkan melihatnya dengan sebelah mata. Dihatiku, dia tetaplah orang yang paling bergelora, yang telah menemukan dirinya.
LIRIK :
DEMOKRASI PANCASILA
hey Gal...
rajinlah belajar
sekolahlah yang benar
agar kau nanti dapat
pekerjaan
bulshit...
jangan berisik
coba lihatlah
banyak sarjana
pengangguran
jangan-lah
kau mudah menyerah
persoalan ditolak
bisa dibeli dengan banyak uang
anjing...
pikiranmu sempit
jiwamu sakit
kondisi sulit
smakin terhimpit
*****
renungilah, sadarilah, perjuangkanlah
bersatulah, bergegaslah, menciptakan perubahan
hey Gal...
ikutlah pemilu
pilihlah presiden
hormati demokrasi pancasila
haha...
aku mengerti
niatku bersih
memilih untuk tidak memilih
ingat-lah...
kesempatan yang langka
gunakanlah logika
lalu ambilah sepuas-puasnya
created ; soegali djaman
http://www.facebook.com/profile.php?id=1729358779
0 komentar:
Posting Komentar